KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat Nya sehingga saya sebagai penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manusia dan Penderitaan“ ini
dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
penilaian tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar di bidang Softskill dengan
judul “Manusia dan Penderitaan“. Makalah ini ditunjang dengan adanya
pembahasan dan studi kasus, yang bertujuan untuk memperlengkap pemahaman makalah
sesuai dengan tema. Semua terjabarkan secara lengkap dan tidak meniggalkan
aspek lingkungan sekitar yang berhubungan dengan makalah yang telah disusun.
Tujuan dari
melaksanakan penelitian ini adalah untuk
memahami apa yang disebut dengan Manusia dan Penderitaan serta
mengetahui hubungan antara Manusia terhadap Penderitaan. Dengan mengetahui
hubungan tersebut kita dapat membedakan Manusia dengan Penderitaan.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi peningkatan pembelajaran dan
penambahan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa yang lain. Penulisan
makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, maka dari itu penulis
sangat memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan isi makalah.
Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga penulisan laporan ini berguna bagi
para pembaca dan khususnya penulis sendiri.
Bekasi, 3 Appril 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk cipataan Tuhan yang paling mulia. Kemuliaan itu dikarenakan
manusia dianugerahi akal dan pikiran untuk membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk untuk kehidupannya. Walaupun dalam kenyataannya banyak manusia yang
tidak menggunakan akal pikirannya sehingga ia salah arah yang akhirnya merusak
dirinya sendiri.
Dalam
kehidupannya, manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain.
Itulah mengapa sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial. Disadari atau
tidak, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada seorangpun
manusia di bumi ini yang dapat hidup seorang diri. Kemandirian bukan berarti
bisa hidup sendiri tanpa orang lain, melainkan kita dapat mengerjakan sesuatu
sendiri tanpa menyusahkan orang lain.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu
perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
Akibat
dari penderitaan itu ada yang mengambil hikmah dari semua penderitaan yang
telah dia alami dan ada juga yang tidak seperti itu, mudah-mudahan semua
manusia bisa mengambil hikmah dari penderitaan yang mereka alami.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa hakekat manusia itu ?
2. Apa yang dimaksud dengan penderitaan ?
3. Apa saja sumber-sumber penderitaan itu ?
1.3. Tujuan Makalah
Dari
rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis diatas, makalah ini disususn
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan :
1. Hakikat manusia.
2. Definisi penderitaan.
3. Sumber penderitaan.
1.4. Kegunaan Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan agar
biasa menyikapi positif dalam penderitaan yang dialami dalam hidup ini.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
1.5. Prosedur Makalah
Makalah
ini disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakekat
Manusia
Manusia adalah mahluk Tuhan
yang sempurna dan mulia dibandingkan mahluk Tuhan lainnya karna manusia
dibekali akal untuk berpikir dan juga manusia diberi tugas dan peran di
muka bumi ini.
Secara
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia),
sebuah spesiesprimata dari
golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
2.2. Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita, kata derita berasal dari bahasa Sanskerta “dhara”
artinya menahan, menanggung. Derita berarti menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan,
kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu
perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan
bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit
bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan
kebahagiaan.
Akibat
penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari
suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh
karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat
‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu
masih sanak saudara.
Mengenai
penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat
dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme.
Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi
seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang
menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan
berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga
kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun
berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren
Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat
perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf,
menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman
derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam,
Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan
keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai
seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan
Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering
sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini
menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian
sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain
lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi
filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan
masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama
halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak
kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman
sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi
filsuf yang besar.
Masih
banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya
berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong
untuk menciptakan manusia-manusia besar.
2.3. Sumber-sumber
Penderitaan
Manusia adalah mahluk
yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan, saling berhubungan, dan
pengaruh mempengaruhi antara unsur jasmani dan rohani, karena itu penderitaan
dapat terjadi pada tingkat jasmani dan rohani.
Sumber-sumber
penderitaan yang dirasakan oleh manusia itu iyalah :
1. Nafsu
Nafsu adalah semua
dorongan yang ditimbulkan oleh segala macam kebutuhan termasuk pula instink
sehingga menimbulkan keinginan. Batas antara nafsu dan keinginan tidak terlalu
jelas. Poedjawiyatna (1984) menyamakan antara keinginan dan nafsu. Nafsu dapat
menimbulkan gairah hidup pada manusia.
Nafsu
atau keinginan itu bisa menjadi suatu penderitaan / kehancuran jika kita tidak
bisa mengendalikannya tetapi jika manusia itu bisa mengendalikan nafsu atau
keinginannya maka manusia itu akan sukses di dunia maupun di alam akhirat.
Keinginan
adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri. membuat kita kehilangan kemanusiaan. seperti seorang pengembara yang menunggu dalam sebuah pelayaran menuju dermaga yang tidak ada. keyakinan kadang tidak cukup memberi kebahagiaan. karena disamping itu ada kenyataan. kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan. sehingga keinginan hanya menimbulkan penderitaan.
“Rinaldy Tonik (2009) didalam
blognya mengatakan bahwa Penyebab dari penderitaan, antara lain:
yang pertama karena perilaku buruk manusia, maka daripada itu bersikaplah
dengan sepatutnya atau wajar. Yang kedua penyakit atau siksaan (Azab) dari
Tuhan”.
2. Perasaan
Perasaan
merupakan gejala psikis. Perasaan menyangkut suasana batiniah manusia. kalau
manusia merasakan cinta, benci dan sebagainya. Perasaan timbul didalam bathin
akibat kontak antara manusia dengan lingkungannya dari lingkungan menimbulkan
reaksi dalam kaitan reaksi emosional. Reaksi emosional ini dapat sesuai dengan
kehendak pribadi tapi ketika tidak sesuai dengan kehendak pribadinya maka akan
timbullah rasa tidak puas sehingga timbullah rasa tidak senang, marah dan sikap
negatif lainnya.
3. Pikiran
Pikiran
disebut juga akal, budi. Dimilikinya budi atau akal ini pula memungkinkan
manusia tahu atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Tahu dalam hal ini
berarti menghubungkan secara mental sesuatu dengan sesuatu.
4. Kemauan
Kemauan
disebut juga kehandak. Dimilikinya kemauan atau kehendak dalam diri manusia
memungkinkan manusia memilih. Oleh karena itu kemauan atau kehendak ini dapat
dikatakan sebagai pelaksana mengenai apa-apa yang telah di pertimbangkan oleh
akal budi dan perasaan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Manusia
akan merasa menderita jika anda rasakan itu sebuah penderitaan tetapi jika
manuisa itu menjadikan penderitaan sebagai hikmah dan pelajaran maka manuisa
itu tidak akan merasakan suatu penderitaan
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu
perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
keinginan
adalah sumber penderitaan ketika ia memperbudak kita dan
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri.
membuat kita jadi orang lain. membuat kita kehilangan jati diri dan menyakiti diri sendiri.
Saran
Sejalan
dengan simpulan diatas penderitaan tidak bisa hilang selama manusia itu masih
hidup tetapi panderitaan itu bisa dikurangi bahkan bisa sampai tak terasa.
Dari
pernyataan diatas penulis menyarankan bahwa penderitaan itu harus
dijadikan sebagai hikmah dan ujian untuk menaikan tingkat derajat manusia itu
sendiri.
Daftar
Pustaka
Dalam
Buku Ilmu Budaya Dasar, Penerbit Gramedia.
Dalam
Buku Ilmu Budaya Dasar, karya Yulia Budiwati
Seri
Diklat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji,
Universitas Gunadarma
0 komentar:
Posting Komentar